Kopi Tuli, Mengerti Kopi Melalui Isyarat
Kopi Tuli, Mengerti Kopi Melalui Isyarat - Tanpa kata dan suara, kopi berbicara melalui gerakan yang diambil dari gerakan bibir dan tangan. Pengalaman minum kopi terasa lebih bermakna.
Kopi Tuli (Koptul) bukan sembarang warung kopi. Semua karyawan di toko ini adalah orang-orang yang tidak dapat mendengar.
Anak perempuan Samphagita, Tri Snawinny Santoso, salah satu pendiri, mengatakan mereka adalah teman-teman tunarungu (dengan huruf T besar), bukan tunarungu.
Putri bersama 2 temannya, Muhammad Andika Prakoso dan Tri Erwinsyah Putra yang juga Tuli, membangun Tuli Kopi untuk menjembatani komunikasi antara teman-teman dan pendengar tunarungu.
Mereka bertiga ingin para tunarungu tidak lagi diremehkan. Kesetaraan yang mereka perjuangkan.
"Konsepnya bukan murni bisnis, tetapi juga pemberdayaan penyandang disabilitas," kata Putri.
Melalui Deaf Coffee, 3 orang muda kreatif ini mampu menciptakan pengalaman kopi yang unik dan lebih bermakna.
Bagaimana tidak, setiap pelanggan perlu memesan Kopi dengan bahasa isyarat.
"Kami menyertakan gambar tanda dari A-Z pada setiap kopi. Jadi pesannya cukup untuk membentuk tanda dengan tangan," kata Putri dengan bahasa isyarat dan gerakan bibir yang cukup jelas.
Misalnya, jika memesan kopi berlabel huruf A, pelanggan dapat dengan mudah membentuk tangan yang menyerupai huruf A ke kasir, dan secara otomatis kasir yang juga tuna rungu akan segera mengerti.
Gerakan ini berlaku untuk semua menu kopi, cukup sesuaikan huruf yang tercantum.
Karakter kopi yang ditawarkan oleh Deaf Coffee juga unik.
Putri mengatakan, kopinya memiliki rasa dan karakter yang mirip dengan penciptanya.
"Misalnya Kosu Wings dibuat oleh Erwin, sesuai dengan karakter Erwin yang lembut," kata wanita berkacamata itu.
Ada juga Kosu Koso, yang lebih kuat, sesuai dengan karakter Andika dan Siput Kosu yang gesit seperti Putri.
Putri mengatakan, karakter itu didapat dari hasil percobaan berulang menggunakan berbagai jenis kopi.
Akibatnya, kopi Arabika dari petani di Ciwidey, Bandung paling cocok untuk kopi tersebut.
"Rasa biji kopi lebih lembut dan renyah," tambahnya.
Deaf Coffee juga menyematkan nama untuk kopi lainnya, yang diambil dari alam seperti Cloud Coffee, Coffee Ground, Marmer Hitam, Laut Biru, dan Matahari.
"Dari semua kopi, Kosu Wings dan Kosu Koso adalah yang paling favorit. Keduanya campuran kopi, susu, dan gula aren. Bedanya, Kosu Koso memiliki rasa kopi yang lebih kuat, sedangkan Kosu Wings lebih lembut," tambahnya, mengatakan harga segelas kopi adalah Rp 19 ribu hingga Rp 21 ribu.
Kopi Tuli (Koptul) bukan sembarang warung kopi. Semua karyawan di toko ini adalah orang-orang yang tidak dapat mendengar.
Anak perempuan Samphagita, Tri Snawinny Santoso, salah satu pendiri, mengatakan mereka adalah teman-teman tunarungu (dengan huruf T besar), bukan tunarungu.
Putri bersama 2 temannya, Muhammad Andika Prakoso dan Tri Erwinsyah Putra yang juga Tuli, membangun Tuli Kopi untuk menjembatani komunikasi antara teman-teman dan pendengar tunarungu.
Mereka bertiga ingin para tunarungu tidak lagi diremehkan. Kesetaraan yang mereka perjuangkan.
"Konsepnya bukan murni bisnis, tetapi juga pemberdayaan penyandang disabilitas," kata Putri.
Melalui Deaf Coffee, 3 orang muda kreatif ini mampu menciptakan pengalaman kopi yang unik dan lebih bermakna.
Bagaimana tidak, setiap pelanggan perlu memesan Kopi dengan bahasa isyarat.
"Kami menyertakan gambar tanda dari A-Z pada setiap kopi. Jadi pesannya cukup untuk membentuk tanda dengan tangan," kata Putri dengan bahasa isyarat dan gerakan bibir yang cukup jelas.
Misalnya, jika memesan kopi berlabel huruf A, pelanggan dapat dengan mudah membentuk tangan yang menyerupai huruf A ke kasir, dan secara otomatis kasir yang juga tuna rungu akan segera mengerti.
![]() |
Kopi Tuli |
Gerakan ini berlaku untuk semua menu kopi, cukup sesuaikan huruf yang tercantum.
Karakter kopi yang ditawarkan oleh Deaf Coffee juga unik.
Putri mengatakan, kopinya memiliki rasa dan karakter yang mirip dengan penciptanya.
"Misalnya Kosu Wings dibuat oleh Erwin, sesuai dengan karakter Erwin yang lembut," kata wanita berkacamata itu.
Ada juga Kosu Koso, yang lebih kuat, sesuai dengan karakter Andika dan Siput Kosu yang gesit seperti Putri.
Putri mengatakan, karakter itu didapat dari hasil percobaan berulang menggunakan berbagai jenis kopi.
Akibatnya, kopi Arabika dari petani di Ciwidey, Bandung paling cocok untuk kopi tersebut.
"Rasa biji kopi lebih lembut dan renyah," tambahnya.
Deaf Coffee juga menyematkan nama untuk kopi lainnya, yang diambil dari alam seperti Cloud Coffee, Coffee Ground, Marmer Hitam, Laut Biru, dan Matahari.
"Dari semua kopi, Kosu Wings dan Kosu Koso adalah yang paling favorit. Keduanya campuran kopi, susu, dan gula aren. Bedanya, Kosu Koso memiliki rasa kopi yang lebih kuat, sedangkan Kosu Wings lebih lembut," tambahnya, mengatakan harga segelas kopi adalah Rp 19 ribu hingga Rp 21 ribu.
Sumber : grid.id